Tahap 3 – Pahami Skema Pembiayaan Sebelum Membeli Perumahan Baru
Halo Bargoers 👋, kembali lagi di rangkaian artikel Tips Properti Bargo Properti – Nyaman Hari Ini, Tenang Esok Nanti.
Setelah sebelumnya kita bahas tentang lokasi dan legalitas developer, kini saatnya masuk ke langkah berikutnya yang sering jadi pertimbangan besar bagi calon pembeli rumah: pembiayaan.
Membeli rumah jarang sekali dilakukan secara tunai penuh. Mayoritas orang menggunakan berbagai skema pembayaran: KPR, cash bertahap, atau cash keras. Nah, di seri ketiga ini, kita akan membahas bagaimana menjadi pembeli cerdas dengan memahami skema pembiayaan rumah.
![]() |
Pahami Skema kpr |
Mengapa Skema Pembiayaan Penting?
-
Membeli rumah adalah komitmen jangka panjang (15–20 tahun jika lewat KPR).
-
Kesalahan memilih skema bisa membuat cicilan macet dan rumah berisiko dilelang.
-
Dengan pemahaman yang tepat, Anda bisa memilih cara bayar sesuai kemampuan tanpa mengorbankan kebutuhan lain.
Jenis Skema Pembiayaan Rumah
1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
📌 Skema paling populer. Bank membiayai sebagian besar harga rumah, pembeli membayar cicilan setiap bulan.
-
DP (Down Payment) biasanya 10–20%.
-
Tenor bisa 5–20 tahun.
-
Ada bunga tetap (fixed rate) dan bunga mengambang (floating).
Kelebihan: ringan di awal, cocok untuk keluarga muda.
Kekurangan: total biaya jadi lebih besar karena bunga.
2. Cash Bertahap (Cicilan Developer)
📌 Pembayaran langsung ke developer dengan tenor lebih pendek (biasanya 12–60 bulan).
-
DP lebih besar dibanding KPR.
-
Cicilan lebih tinggi karena tenor pendek.
Kelebihan: lebih cepat lunas, tidak melibatkan bank.
Kekurangan: cicilan besar, risiko jika developer bermasalah.
3. Cash Keras (Tunai Langsung)
📌 Bayar penuh dalam sekali transaksi.
Kelebihan: harga bisa lebih murah, proses cepat, sertifikat cepat atas nama pembeli.
Kekurangan: butuh dana besar sekaligus, tidak semua orang mampu.
Biaya Tambahan yang Sering Terlupa
Selain harga rumah, ada biaya lain yang harus diperhitungkan:
-
BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) – 5% dari NJOP.
-
Biaya Notaris/PPAT untuk AJB, balik nama, dan KPR.
-
Asuransi (jiwa & kebakaran jika ambil KPR).
-
Biaya Provisi Bank (jika KPR).
👉 Jangan hanya hitung DP dan cicilan bulanan, tapi pastikan dana cadangan cukup untuk semua biaya tambahan.
Tips Praktis dari Bargo Properti
-
Hitung Rasio Cicilan vs Pendapatan
Cicilan idealnya maksimal 30% dari penghasilan bulanan agar keuangan tetap sehat. -
Bandingkan Bunga KPR di Beberapa Bank
Jangan langsung ambil penawaran bank rekanan developer. Lakukan perbandingan. -
Pahami Promo Bank/Developer
Misalnya DP 0%, bunga fixed 3 tahun, atau subsidi biaya notaris. Pastikan hitung jangka panjangnya, bukan hanya 1–2 tahun pertama. -
Siapkan Dana Darurat
Jangan habiskan semua tabungan untuk DP. Tetap sisakan dana darurat minimal 3–6 bulan gaji. -
Gunakan Simulasi KPR
Banyak bank menyediakan kalkulator cicilan online. Gunakan untuk menghitung kemampuan bayar dengan realistis.
Studi Kasus: Salah Skema Bisa Berujung Masalah
-
Kasus 1: Seorang pembeli memilih KPR tenor 20 tahun dengan cicilan 50% dari gaji. Awalnya mampu, tapi ketika ada kebutuhan mendesak (anak sekolah, kesehatan), cicilan jadi macet. Rumah pun dilelang.
-
Kasus 2: Pembeli lain memilih cash bertahap 24 bulan. Karena hitungan keuangan pas-pasan, di bulan ke-12 tidak mampu bayar cicilan besar. Akhirnya rumah batal, uang muka hangus.
👉 Pelajarannya: pilih skema pembiayaan sesuai kondisi, jangan tergoda iming-iming ringan di awal.
Itulah pembahasan tahap 3 – Pahami Skema Pembiayaan dalam rangkaian tips “Menjadi Pembeli Cerdas Saat Membeli Perumahan Baru.”
Bargoers, rumah impian memang butuh perjuangan. Tapi dengan pemilihan skema pembiayaan yang tepat, prosesnya bisa lebih ringan dan terencana.
🙏 Semoga Anda yang sedang menyiapkan pembelian rumah diberikan kelancaran rezeki, cicilan yang aman terkendali, dan bisa segera menempati rumah baru bersama keluarga tercinta.
Sampai jumpa di tahap 4 – Tinjau Fasilitas & Lingkungan hanya di Bargo Properti – Nyaman Hari Ini, Tenang Esok Nanti.
0 Komentar